Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Rabu, 25 Desember 2024 | 08:12 WIB
Dekorasi gua Natal berbahan botol bekas plastik di Gereja Santo Yusup, Wonokerso, Magelang. [Suara.com/ Angga Haksoro Ardi]

SuaraJawaTengah.id - Catatan statistik terbaru menyebut rata-rata orang menghabiskan $1.638 untuk belanja bingkisan, ongkos traveling, dan bujet hiburan selama cuti Natal tahun 2024. Pengeluaran yang setara dengan penghasilan 1.872 petani miskin.

Fakta getir, mengingat ancaman resesi ekonomi global yang diramal menyentuh angka 35 persen pada penghujung tahun. Krisis keuangan yang diperkirakan akan mencoret 402 juta orang dari status pekerja aktif.   

Dari semua angkatan umur, generasi milenial diperkirakan bakal paling kalap membobok celengan untuk menandaskan hasrat belanja. Pengeluaran mereka selama liburan Natal diprediksi naik 22 persen dibanding tahun lalu.

Perampokan terang-terangan itu tidak hanya menjadi tabiat di dunia nyata. Sebanyak 44 persen orang sudah berencana membagi adil jatah jajan bingkisan dan makanan Natal di toko atau troli belanja via online.

Baca Juga: Magis Natal di Semarang: 4 Gereja Bersejarah yang Wajib Dikunjungi

Perayaan Natal –sama seperti momen hari besar agama lainnya- begitu mudah dikomersilkan. Perusahaan dengan curang mengekploitasi nostalgia masa kecil para calon konsumen yang mengidentikan hari raya dengan belanja menghamburkan uang.

Film-film anyar dirilis menjelang akhir tahun dengan harapan keluarga menghabiskan waktu liburan sambil memamah popcorn di bangku bioskop. Parade iklan menginvasi acara televisi. Menghipnotis pemirsa dengan beraneka barang dagangan bertema Natal.   

Semangat berbagi yang menjadi ciri khas Natal, disusutkan maknanya hingga hanya berhenti sebagai gairah belanja. Padahal, tujuan ‘membeli’ sudah pasti tidak setara dengan nilai tulus ‘memberi’.

Pesta Kesederhanaan

“Makna Natal (sejatinya) adalah pesta kerendahan hati. Pesta kesederhanaan, bukan kemewahan. Jadi bukan membeli sesuatu yang baru atau mahal,” kata Romo Stepanus Istata Raharjo Pr, Selasa (24/12/2024).

Baca Juga: Liburan Nataru 2024: Waspada Tarif Bus Murah, Utamakan Keselamatan!

Sebagai Pastor Kepala, Romo Istata Raharjo bertanggung jawab melayani jemaat 4 gereja kecil di Kecamatan Sawangan dan sebagian wilayah Mungkid.

Dibantu Romo Emanuel Maria Supranowo Pr, pastor Paroki Gereja St Kristoforus melayani sekitar 3 ribu jemaat yang terbagi di Gereja Santo Yusup di Dusun Wonokerso, Kapel Katolik Santo Yulius di Dusun Jibulan, Gereja St Kristoforus di Dusun Banyutemumpang, serta Gereja Katolik St Petrus Kanisius di Kecamatan Mungkid.  

Romo Istata merasa, semangat kesederhanaan dalam Natal, cocok disampaikan dan disebarkan kepada para jemaatnya. Dia sering menyisipkan pesan hidup sederhana, merawat tradisi, dan menjaga lingkungan pada peribadatan gereja.

“Saya melayani umat di daerah yang wilayahnya desa, bukan kota. Kekayaan khasanah lokalitas yang kita miliki ya seni dan tradisi.”

Pada perayaan Natal tahun lalu, pemuda Gereja Santo Yusup Wonokerso menghias altar gereja dengan geber wayang kulit. “Dekorasinya full Jawa. Di tengah altar ada geber wayang,” kata Yosaphat Ragil, Ketua Orang Muda Katolik (OMK) Gereja Santo Yusup. 

Nuansa tradisi lokal juga tergambar saat pelaksanaan Misa Syukur Ulang Tahun Imamat Gereja St Yusup tahun 2022. Pengurus gereja dan pemuda mempersembahkan gunungan yang berisi aneka hasil bumi.

“Kita punya budaya yang adi luhung. Sekarang orang-orang non-Jawa (saja) menyukai dan mendalami wayang. Lalu kita yang memiliki kok malah menghindari,” ujar Romo Istata Raharjo.

Gua Natal Berbahan Botol Bekas

Mempertahankan tradisi mereka memberikan sentuhan unik saat perayaan Natal, OMK Gereja St Yusup tahun ini membangun instalasi gua Natal dari botol-botol bekas air mineral.

Sejak bulan Agustus, muda mudi jemaat gereja mengkoordinir pengumpulan botol bekas plastik. Lebih dari seribu botol bekas berbagai ukuran, disusun sehingga membentuk gua Natal.

“Kami buat teksturnya seperti batu dan tanah, jadi tidak menggunakan ukuran botol plastik yang spesifik. Tinggal kreativitas saja menyusunnya,” kata Ketua Orang Muda Katolik (OMK) Gereja Santo Yusup, Yosaphat Ragil.

Membuat gua Natal berbahan botol bekas sesuai tujuan gereja menggerakan cara hidup ramah lingkungan. Botol plastik yang semula hanya menjadi sampah dimanfaatkan menjadi objek seni. 

“Salah satu motivasinya bagaimana keinginan dan semangat Romo itu bisa kami aplikasikan secara nyata dan terlihat. Bahwa barang bekas tidak melulu menjadi sampah, tapi bisa kita olah.”

Umat Kristen meyakini Yesus Kristus lahir pada abad ke-2 di salah satu gua atau kandang gembala perbukitan Yudea, sekitar 8 kilometer sebelah selatan Yerusalem.

Pada tahun 327 masehi, Konstantinus Agung dan ibunya St Helena membangun Church of the Nativity atau Gereja Kelahiran Yesus di lokasi tersebut.      

Kelahiran Sang Juru Selamat

Dekorasi gua Natal hingga kini menjadi tradisi gereja yang mengekspresikan kegembiraan umat Kristen menyambut kelahiran Kristus.

Ornamen gua Natal biasanya terdiri dari patung bayi lak-laki yang mewakili sosok bayi Yesus, Bunda Maria, Yusuf, para malaikat, 3 orang penggembala Majusi, serta beberapa hewan ternak.  

Dikutip dari Smithsonian Magazine, penggambaran gua Natal saat ini dipengaruhi oleh lukisan suasana kelahiran Yesus yang ditemukan pada beberapa artefak kuno.

Sarkofagus marmer abad ke-4 yang ditemukan pada makam Saint Agnes di Roma, menjelaskan bahwa 3 orang Majusi datang menyambut kelahiran Yesus sambil menuntun 3 ekor unta.

Sesuai petunjuk malaikat, orang-orang Majusi ini datang mengikuti petunjuk cahaya bintang yang bersinar terang di atas Maria dan Yusuf.

Artefak lainnya, berupa mozaik kuno yang selesai dipugar tahun 435 di Basilika Santa Maggiore di Roma, menggambarkan bayi Kristus duduk di atas tahta berhias berlian.     

Bayi itu diapit Bunda Maria, seorang perempuan misterius, serta beberapa malaikat. Muncul penggambaran ketiga orang Majusi, namun tidak tampak hewan ternak bersama mereka.

Mosaik lain yang menggambarkan kelahiran Yesus ditemukan di kota Ravena, Italia bagian utara. Susunan keramik berwarna membentuk lukisan Maria bertahta, menggendong bayi Yesus dalam balutan jubah ungu kekaisaran.

Dalam lukisan mozaik itu tampak para malaikat menyaksikan ketiga pria Majusi yang dijelaskan sebagai Balthasar, Melchior, dan Gaspar, mempersembahkan hadiah kepada bayi Yesus.

Menurut Romo Istata Raharjo, semua ornamen pada gua atau kandang Natal menunjukkan momen kelahiran Yesus yang penuh kesederhanaan. “Namanya gua atau kandang itu kan sederhana semua. Bukan bangunan-bangunan yang mahal.”

Dia berharap melalui gua Natal berbahan botol bekas plastik di Gereja St Yusup Wonokerso, umat dapat mengambil pelajaran menjalani hidup penuh kasih sesuai jalan Kristus.

“Supaya Natal ini bukan hanya perayaan. Liturgi. Tapi bermakna, menyentuh, dan membumi. Sehingga makna Natal bisa sampai kepada umat dan masyarakat.”

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

Load More