Scroll untuk membaca artikel
Tekno / Internet
Rabu, 25 Desember 2024 | 14:47 WIB
Ilustrasi Hacker (Pexels/Jules Amé)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Isu ransomware terhadap Bank BRI disebut Teguh Aprianto, konsultan keamanan siber dan pendiri Ethical Hacker Indonesia, tidak lebih dari lelucon.

Menurutnya, muncul isu bahwa Bank BRI jadi korban ransomware berdasarkan klaim dari Bashe, grup yang masih baru.

"Namun, data yang dilampirkan tidak cukup meyakinkan, kami memilih untuk tidak mempublikasikan apapun terkait insiden ini,” kata Teguh, Rabu (25/12/2024).

Setelah tenggat waktu berlalu, Bashe akhirnya merilis data yang mereka sebut sebagai bukti dan hasilnya jauh dari kredibel.

Dia mengungkapkan bahwa datanya hanya satu file Excel dengan 100 baris, ternyata cocok dengan dokumen yang sudah ada di Scribd dan PDFCoffee.

"Klaim tersebut justru membuat grup ini terlihat tidak serius. Mari tepuk tangan untuk Bashe, grup ransomware terkocak sepanjang masa,” imbuh Teguh.

Ilustrasi uang tebusan diserahkan agar peretas membuka akses komputer yang dikunci oleh ransomware. [Shutterstock]

Hal ini menurutnya, menggambarkan lemahnya bukti yang diajukan kelompok peretas tersebut disampaikan di akun X miliknya.

Sebelumnya, pakar keamanan siber dari Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC, Pratama Persadha membeberkan fakta viral Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang terkena ransomware adalah hoax.

"CISSReC juga melihat bahwa informasi serangan ransomware ini hanya upaya coba-coba untuk memeras BRI bahwa seolah-olah mereka terkena serangan ransomwarwe," ujar Pratama Persadha.

Baca Juga: Hoax soal Viral BRI Terkena Ransomware, Ini Faktanya

Belum lama ini, Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid juga memastikan tidak ada serangan siber ransomware atau kebocoran data pada sektor perbankan.

Pihaknya sudah berkordinasi dengan Badan Siber dan Sandi Nasional (BSSN) dan mendapatkan konfirmasi bahwa tidak ada serangan yang menyasar sektor perbankan.

"Masyarakat jangan mudah termakan berita yang tersebar di media sosial, terutama dari akun yang tidak jelas asal usulnya," katanya.

Load More